Hidup harus dijalani dengan Ikhlas.
Kaya... kujalani.
Miskin... juga kujalani.
Senang... kujalani.
Susah... juga kujalani.
Jadi, kenapa tidak menjalaninya dengan senyuman?
Glitter Graphics

Selasa, 16 Maret 2010

Pesan-pesan Terakhir di Wall FB Teman Ketika Meninggal Dunia

Menulis ucapan selamat ultah di wall teman itu: sudah biasa! Mengucapakan hepi merit buat teman yang baru menikah: itu biasa! Menuliskan lafazh doa kesembuhan di dinding FB teman saat dia sakit: itu bagus sekali! Tapi! Apa yang akan menghiasi wall FB seseorang saat dia telah meninggal dunia?

Sob...note ini berisi pesan-pesan di wall Fb seseorang yang telah meninggal dunia.

”Bro, mata berkaca-kaca ketika menggoreskan testimoni ini. Pertemuan terakhir di rumahmu, rupanya pertemuan terakhir kita. Permintaan agar foto-foto terakhir dipublikasi sudah aku lakukan beberapa waktu lalu. Menghadaplah saudaraku dengan tenang dihadapan-Nya. Aku ingat kata-kata filosof Schopenhauer, “Mengantuk nyaman, tetapi meninggal lebih nyaman, dan yang lebih nyaman dari segala yang nyaman adalah ketiadaan hidup.” Semoga dirimu nyaman dipangkuan-Nya.”

Sebelum ”kata perpisahan” di atas, sudah ada puluhan komentar serupa. Diantara komentar yang banyak itu akan saya pilih empat pesan perpisahan dari sahabat-sahabatnya berikut ini….

”Kanda …Selamat Jalan… meski tdak sempat aku berucap, ajaran2-mu dalam NOTE dan STATUS yang selama ini kanda tulis tetap menghias aroma jalan pikiranku…selamat jalan kanda…Alloh selalu membingkai kekasih-Nya dalam dekapan yang Damai dan Sayang…Untuk mbak dan anak2mu. Semoga Sabar dan Ikhlas…Amien.”
Selanjutnya, rekan yang lain menulis kata-kata terakhirnya begini:

“Selamat jalan Mas…makasih mas sempat mempertemukan aku dengan si dia di FB, padahal mas sedang terbaring sakit. Sedihku kehilangan seorang kakak…istrimu akan mengenangmu sebagai suami yang baik dan penyayang..juga anak-anakmu yang selalu mengidolakan Bapaknya sampai kapan pun. Allah sudah memelukmu, menempatkanmu di tempat terbaik…doa dan airmataku mengantarmu….:).”

Sementara itu, rekan FB berikutnya menyatakan dukanya...

“Teman yang baik……kami kehilanganmu…..memang kita semua akan saling kehilangan…..namun tetap saja kepergianmu yang tiba-tiba menghadirkan kepahitan & kehampaan yang dalam…..kami ikhlas melepasmu namun kami tetap kehilangan…….selamat ja…lan teman…..semoga Pemilikmu menerima kembali dirimu dgn penuh kasih sesuai dengan sifat Rahman & Rahim-Nya…amin ya robbal alamin….”

Akhirnya, semua rekan bersaksi:

“Tinggi, besar, gelap, brewokan. Pada pandangan pertama, bisa jadi orang akan menilai dia adalah orang yang brangasan. Tapi setelah ngobrol, yang kelihatan adalah kelembutan hati. Bicaranya juga nggak menggelegar sebagaimana bodimu, walau kadang muncu…l kata ASU yang terpaksa, sebagaimana aku lihat di statusmu. Kepada teman-teman, juga juniormu, kamu sebarkan sayang. Selamat menempuh perjalanan baru, Mas, di Desa......”

***

Yang saya bayangkan, andaikata mengalami hal serupa: meninggal dunia. Apakah roh saya yang sudah keluar dari jasad itu dapat membaca pesan-pesan yang ditinggalkan para sahabat-sahabat tercinta? Wallahualam Bi Shawab.

Karena belum pernah mengalami kematian, terus terang saja untuk pertanyaan itu sulit dijawab. Hanya Tuhanlah yang tahu soal tersebut. Kalau seandainya saya bisa membaca pesan-pesan yang ditinggalkan para sahabat itu, berarti pula roh saya bisa mengoperasikan komputer (menulis email berikut password untuk membuka akun FB)?

Namun demikian, bukan semata-mata itu persoalannya. Bagi kita sebagai salah seorang sahabatnya, menulis pesan di dinding FB itu sebagai sinyal dan bentuk perhatian tulus agar pihak keluarga yang ditinggalkan membaca pesan-pesan yang dituliskan itu. Sebagai bentuk perasaan ikut berduka cita.

Sejatinya pula, apabila dicermati pesan-pesan tersebut hampir 99 % berupa doa. “Saya turut berduka cita.” Lalu ditimpali kalimat berikutnya, “Semoga arwahnya diterima disisi Tuhan, dan diberikan tempat baginya di surga….” Dan kalimat-kalimat sejenis lainnya.

Ada yang menarik perihal doa-doa yang kita panjatkan tersebut. Saya akan meminjam kata-kata bijak : Doa-doa yang kita panjatkan bagi seseorang yang meninggal sebetulnya bukan sekedar doa. Melainkan juga cita-cita kita. Kita ingin kembali ketempat yang layak di sisi Tuhan kelak. Makanya, aneh juga ya kita ini. Kita berdoa begitu untuk orang yang meninggal. Tapi, kita suka lupa bahwa doa itu hanya akan dikabulkan jika orang yang kita doakan memang orang baik.

Jika dia bukan orang baik; memangnya kita ini sesakti apa sehingga Tuhan mau mendengarkan doa kita? Apalagi jika doa itu kita ucapkan hanya sekedar basa-basi belaka.

Sebaliknya, orang-orang baik yang meninggal. Meskipun kita tidak berdoa kepada Tuhan supaya Dia memberinya tempat paling mulia: dia tetap saja akan mendapatkan tempat mulia itu. Sebab, memang dasarnya dia orang baik. Dan memenuhi syarat untuk mendapatkan kemuliaan disisin Tuhan. Semoga pula demikian halnya dengan sahabat baik yang telah wafat di atas.

Lantas, bagaimana seandainya yang mati itu bukan orang yang kita doakan; melainkan diri kita sendiri? Apakah doa orang lain akan sanggup merayu Tuhan supaya memberi kita tempat yang layak? Ataukah, perilaku baik kita selama hidup yang menentukan?

Pertanyan-pertanyaan terakhir ini sebagai pekerjaan rumah. Sebagai bahan refleksi. Untuk pembaca renungkan dan dicari sendiri jawabannya….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar